HARIAN NEGERI, Jakarta - Fenomena perlawanan rakyat kecil yang semakin menguat di era media sosial menjadi topik utama dalam podcast terbaru channel YouTube Keep Talking, yang diunggah pada 22 Februari 2024. Dalam episode bertajuk "Eep, Rocky, Anies, Sukidi Bicara Soal Membesarnya Perlawanan Rakyat", para narasumber membahas bagaimana akses informasi dan media sosial telah menjadi alat ampuh bagi masyarakat kecil untuk menyuarakan ketidakadilan yang mereka alami.
Kang Eep, selaku moderator, membuka diskusi dengan mempertanyakan peran pemimpin dalam menangani gejala perlawanan rakyat kecil. Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, menegaskan bahwa perlawanan rakyat kecil muncul sebagai respons terhadap ketidakadilan. Menurutnya, solusi utama adalah memastikan keadilan agar perlawanan tidak perlu terjadi.
"Perlawanan rakyat kecil bersifat mikro tetapi kolektif. Ketika pengalaman ketidakadilan dibagikan di media sosial, hal itu menciptakan simpati kolektif di masyarakat," ujar Anies. Ia menambahkan bahwa kebijakan yang berpihak pada masyarakat bawah dapat mencegah perlawanan menjadi satu-satunya cara bagi mereka untuk bersuara.
Potensi Kemarahan Publik dan Dampaknya
Rocky Gerung, filsuf dan pengamat politik, menyoroti pentingnya mitigasi dalam kebijakan publik. Menurutnya, kemarahan publik yang tidak dikelola dengan baik dapat menciptakan kekacauan. Rocky menekankan bahwa kemarahan ini harus disalurkan menjadi energi untuk perubahan, tanpa disulut oleh isu-isu sensitif seperti etnisitas, rasisme, atau agama.
" Potensi kemarahan publik sudah mencapai tahap yang tak bisa dicegah lagi. Ini terlihat dari berbagai bentuk protes yang muncul, seperti poster 'Adili Jokowi'," kata Rocky. Ia juga mengingatkan bahwa kepercayaan terhadap institusi demokrasi semakin menurun, sehingga kemarahan publik berpotensi menciptakan instabilitas sosial yang lebih luas.
Sukidi, peneliti dan akademisi, menambahkan bahwa fenomena ini dapat disebut sebagai "public resignment", yaitu kemarahan publik akibat ketidakadilan yang terus dipertontonkan oleh aparatur negara. Ia mencontohkan perjuangan ibu Sumarsih dalam mencari keadilan sebagai representasi perlawanan rakyat kecil yang terus berlangsung.
"Kemarahan publik ini melintasi batas agama, etnis, dan kelas sosial. Contohnya, kenaikan harga gas melon bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi potret ketidakadilan yang dirasakan rakyat kecil ," jelas Sukidi.
Dari Nerimo ke Perlawanan
Diskusi juga menyentuh filosofi "nerimo" dalam budaya Jawa, yang menggambarkan kesabaran masyarakat dalam menghadapi tekanan. Namun, Rocky menekankan bahwa jarak antara sikap "nerimo" dan kemarahan bisa sangat tipis, terutama ketika ketidakadilan terus berlanjut.
"Dalam buku Resistance, Rebellion, and Death karya Albert Camus, dijelaskan bagaimana emosi bisa tumbuh dan menghasilkan revolusi. Di Indonesia, perlawanan rakyat bisa lahir dari kondisi ekonomi yang sulit, ketidakadilan hukum, dan kekecewaan terhadap pemimpin," ujar Rocky.
Anies menambahkan bahwa dalam demokrasi, kemarahan publik seharusnya disalurkan melalui institusi yang kredibel. Namun, tantangan besar saat ini adalah menurunnya kepercayaan terhadap institusi tersebut. Jika tidak dikelola dengan baik, kemarahan ini bisa berdampak pada instabilitas sosial yang lebih luas.
Podcast ini memberikan gambaran mendalam tentang dinamika perlawanan rakyat kecil di era digital. Media sosial tidak hanya menjadi alat untuk menyuarakan ketidakadilan, tetapi juga membangun solidaritas dan simpati kolektif. Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana mengelola kemarahan publik agar tidak berujung pada instabilitas sosial.
Untuk memahami lebih dalam perspektif masing-masing narasumber dan nuansa diskusi yang tidak sepenuhnya tertangkap dalam tulisan ini, Anda dapat menonton video lengkapnya melalui tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=q4UqLJQ5DXk
Penulis: Laksamana Naufal Hadi
Editor: Gusti Rian Saputra
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami