HARIAN NEGERI, Yogyakarta - Dua rumah tak layak huni di kawasan Klitren Lor dan Pajeksan, Yogyakarta, kini tengah dalam proses renovasi melalui program bedah rumah berbasis gotong royong yang digerakkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Inisiatif tersebut menyasar tempat tinggal milik Sultoni dan Sarito, yang masing-masing tinggal di Klitren Lor GK 3/211 dan Kampung Pajeksan RT 41 RW 11.
Sultoni mengaku bersyukur menjadi salah satu penerima bantuan. Ia mengatakan, perbaikan akan difokuskan pada bagian atap rumah yang sudah lapuk, penataan ruang melalui sekat, serta penggantian lantai yang masih menggunakan semen.
“Saya berterima kasih kepada para tetangga dan semua pihak yang telah mendorong saya menerima bantuan ini. Ini sangat berarti bagi saya,” ujarnya.
Ucapan senada datang dari Sarito. Ia menyampaikan terima kasih kepada pemerintah, Baznas, dan masyarakat yang telah ikut serta membantu memperbaiki rumahnya. Menurutnya, perbaikan yang dilakukan mencakup pembuatan kamar baru serta pergantian pintu yang sudah rusak.
“Alhamdulillah, bantuan ini luar biasa. Semoga lebih banyak warga yang juga bisa merasakan manfaat serupa,” ucapnya terharu.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menilai kolaborasi berbagai elemen menjadi kunci sukses program bedah rumah ini. Ia menyebutkan bahwa donasi dari Baznas dan platform Kitabisa masing-masing sebesar Rp20 juta sangat membantu percepatan pelaksanaan.
“Program ini adalah contoh nyata kekuatan gotong royong. Pemerintah berperan sebagai penggerak dan fasilitator. Dukungan masyarakat menjadi ruh utama kegiatan ini,” ujar Hasto.
Selain bantuan dana, Hasto bersama Ketua DPRD Kota Yogyakarta dan Anggota DPRD Ipung Purwandari turut menyumbangkan 20 sak semen per orang. Material yang terkumpul dikelola secara transparan dan bisa ditukar jika dibutuhkan jenis bahan bangunan lain.
Hasto juga mengajak warga sekitar untuk turut menyumbang tenaga, bahan bangunan, atau alat yang diperlukan. Ia menekankan bahwa pekerjaan dilakukan secara bergilir dengan mengedepankan kerja bakti, di mana tukang utama tetap diberi upah, namun keterlibatan masyarakat sangat ditekankan.
“Segoro Amarto. Semangat gotong royong adalah jalan bagi kemajuan Yogyakarta. Kalau semua bergandengan tangan, seberat apapun bisa kita atasi bersama,” ucapnya.
Di akhir pernyataannya, Hasto mengingatkan pentingnya kualitas hunian bagi kesehatan warga, terutama anak-anak. Rumah yang lembap dan kurang pencahayaan, kata dia, bisa meningkatkan risiko penyakit seperti TBC, yang dalam jangka panjang bisa berdampak pada stunting.
“Anak-anak yang terpapar TBC berisiko alami stunting. Maka, membangun rumah sehat itu juga bagian dari investasi masa depan,” pungkasnya.
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami