__temp__ __location__

HARIAN NEGERI, Yogyakarta - Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya ketika menyaksikan inovasi warga Kampung Cokrodiningratan yang berhasil mengolah sampah rumah tangga menjadi tabungan melalui budidaya maggot. Menurutnya, langkah kreatif ini sejalan dengan program Pemkot Yogyakarta MAS JOS atau Masyarakat Jogja Olah Sampah, sekaligus menjadi contoh nyata pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi persoalan lingkungan.

“Inovasi ini bisa menjadi teladan yang bagus. Saya berharap praktik baik ini ditiru dan disebarluaskan ke wilayah lain. Tentu perlu dukungan mantri, lurah, dan tokoh masyarakat agar partisipasi warga semakin besar. Saya sangat mengapresiasi,” kata Wawan saat kegiatan Sambang Kampung di Kemantren Jetis, dikutip dari rilis resmi Pemda Kota Yogyakarta, Jumat (22/8).

Kegiatan rutin Sambang Kampung diawali apel pagi di halaman Kantor Kemantren Jetis, dilanjutkan bersepeda menyusuri sejumlah titik ekonomi lokal. Kali ini, Wawan tidak hanya menyoroti UMKM, tetapi juga potensi pengelolaan sampah dan kelompok tani. Ia menyempatkan diri meninjau Bank Sampah Jantra di Pingit Bumijo, Kelompok Tani Sumber Rejeki di Gowongan, serta Bank Sampah Dadi Mulyo di Cokrodiningratan.

Di Cokrodiningratan, Wawan dibuat terkesan oleh sinergi tiga kelompok: Bank Sampah Dadi Mulyo, Kelompok Tani Dadi Mulyo, dan Magot Mitra Dayoku. Mereka berhasil mengembangkan sistem pengolahan sampah organik berbasis rumah tangga menggunakan maggot. Setiap rumah tangga kini memiliki satu boks maggot yang mampu mengurai sekitar dua kilogram sampah organik per hari. Hasil panen maggot dipanen setiap dua minggu sekali dan dikelola layaknya tabungan di bank sampah.

Ketua Kampung Cokrodiningratan sekaligus Ketua Magot Mitra Dayoku, Anwar Surwantoro, menjelaskan bahwa kolaborasi tersebut menjadi terobosan baru. “Selama ini tabungan sampah hanya terbatas pada sampah anorganik. Dengan hadirnya maggot, warga bisa menabung sampah organik sekaligus membantu pemerintah mengurangi volume sampah ke TPA,” ungkapnya.

Anwar menuturkan, Magot Mitra Dayoku berdiri pada 2024. Awalnya, pengolahan sampah dilakukan di satu sekretariat. Setelah satu tahun uji coba, sistem ini kemudian dikembangkan menjadi berbasis rumah tangga. “Sekarang sudah ada 25 rumah yang ikut. Panen dilakukan dua minggu sekali, hasilnya dijual, sebagian dipakai membeli bibit maggot baru. Sampai sekarang, kami sudah sembilan kali panen,” tambahnya.

Meski sempat terkendala karena sebagian warga merasa jijik atau terganggu bau, program ini kini kian diterima. Anwar berharap partisipasi terus bertambah sehingga semua rumah di kampung dapat mengolah sampahnya sendiri.

“Kalau setiap rumah tangga bisa menyelesaikan sampah dari sumbernya, maka kampung kami bisa berkontribusi nyata mendukung program MAS JOS,” pungkasnya.

Gusti Rian Saputra

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie