HARIAN NEGERI - Dalam rangka menyambut Hari Buku Nasional, aktivis literasi dan penulis muda Yusuf Wicaksono Wahyudi hadir dalam program wawancara khusus bersama RRI Sorong, Jumat (16/5/2025).
Dalam diskusi tersebut, Yusuf mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk menghargai karya intelektual dengan menghindari buku bajakan.
“Pembajakan adalah bentuk pelecehan terhadap penulis. Itu seakan meremehkan pikiran dan usaha seseorang yang dituangkan dalam tulisan,” tegas Yusuf dalam siaran tersebut.
Yusuf mengungkapkan bahwa makna Hari Buku Nasional tidak hanya sekadar perayaan, tetapi momentum reflektif terhadap dua hal penting: berbagi melalui narasi dan tulisan, serta mengabdi lewat ilmu kepada mereka yang ingin belajar dan saling memahami.
Ia juga menyoroti tantangan di era digital, di mana generasi Z dan Alpha semakin jarang membaca buku secara konvensional. Namun, ia menolak menyalahkan kondisi itu sepenuhnya kepada pembaca muda.
“Jangan sekadar menyuruh generasi muda mencintai buku. Justru kita yang harus menulis dan menciptakan buku yang relevan dan dibutuhkan oleh masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, inovasi dalam model dan penyajian buku menjadi kunci agar membaca tidak lagi dianggap aktivitas monoton. Buku digital menjadi pilihan utama bagi kalangan usia 15–30 tahun saat ini, dan hal itu perlu disikapi dengan strategi yang kreatif.
“Generasi muda harus masuk ke circle membaca, menulis, dan berdiskusi. Menulis itu bukan soal formalitas, tapi tentang menyampaikan apa yang kita tahu untuk orang lain agar tahu juga,” tambah Yusuf.
Menutup wawancara, Yusuf berharap peringatan Hari Buku Nasional dapat menjadi pemicu meningkatnya jumlah pembaca dan penulis muda di Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya ruang-ruang literasi yang mendorong inovasi dan kolaborasi lintas generasi.
Tinggalkan komentar
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *
Top Story
Ikuti kami