HARIAN NEGERI - Dikutip dari laman resmi Reuters menyebut bahwa pasar saham global mengalami tekanan besar setelah kemunculan startup asal China, DeepSeek, yang menawarkan model kecerdasan buatan (AI) dengan biaya pelatihan jauh lebih rendah. Kehadiran DeepSeek memunculkan kekhawatiran tentang dominasi perusahaan teknologi Amerika yang selama ini memimpin industri AI. Pada perdagangan Senin (27/1), Nasdaq, indeks saham teknologi utama, anjlok 3,1% sementara S&P 500 turun 1,8%. Penurunan tajam juga dialami saham raksasa teknologi seperti Nvidia yang kehilangan 11%, diikuti Microsoft dengan penurunan 3,8%, serta Meta Platforms dan Alphabet yang masing-masing turun lebih dari 3%.
DeepSeek meluncurkan model AI baru bernama DeepSeek-V3 yang diklaim mampu beroperasi dengan biaya pelatihan di bawah $6 juta, jauh lebih rendah dibandingkan biaya tradisional yang mencapai lebih dari $100 juta. Klaim ini memicu spekulasi bahwa startup tersebut dapat menjadi pesaing serius bagi perusahaan besar seperti Apple dan Microsoft yang telah menggelontorkan dana besar untuk mengembangkan teknologi serupa. Terlebih, model tersebut telah berhasil melampaui ChatGPT dalam jumlah unduhan di Apple Store, menandai langkah signifikan dalam persaingan global di sektor AI.
Sementara itu, pasar saham di Eropa dan Asia turut mengalami dampak signifikan. Saham perusahaan seperti ASML di Eropa turun hingga 7,5%, sementara SoftBank Group di Jepang mencatat penurunan lebih dari 8%. Bahkan perusahaan infrastruktur teknologi seperti Vertiv Holdings dan Constellation Energy juga mencatat penurunan drastis masing-masing 18% dan 15%, memperlihatkan kekhawatiran global atas gangguan pasar yang ditimbulkan oleh inovasi ini.
Marc Andreessen, kapitalis ventura asal Silicon Valley, menggambarkan peluncuran DeepSeek ini sebagai “momen Sputnik” dalam dunia AI, merujuk pada peluncuran satelit pertama Uni Soviet yang memicu perlombaan luar angkasa di tahun 1950-an. Ia memuji model tersebut sebagai inovasi besar yang mampu mengubah lanskap AI global. Meski begitu, beberapa analis tetap skeptis terhadap klaim DeepSeek. Jon Withaar dari Pictet Asset Management menyebut bahwa terobosan ini, jika terbukti, akan sangat positif bagi pengguna akhir karena menawarkan teknologi dengan biaya yang lebih terjangkau.
Di sisi lain, ketidakpastian ini mendorong investor mencari aset aman seperti obligasi negara AS, yang menyebabkan imbal hasil turun hingga 4,52%. Mata uang safe-haven seperti yen Jepang dan franc Swiss juga menguat terhadap dolar AS. Situasi ini menjadi sinyal bahwa pelaku pasar tengah mempersiapkan diri menghadapi perubahan besar di industri AI.
Meski klaim revolusioner DeepSeek masih perlu dibuktikan, kemunculannya telah mengguncang pasar teknologi global dan menimbulkan pertanyaan mendalam tentang masa depan dominasi perusahaan-perusahaan besar AS di sektor kecerdasan buatan.
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami