Oleh : Syaefunnur Maszah
Dalam beberapa dekade terakhir, masyarakat di berbagai belahan dunia semakin merasakan keringnya relasi sosial, bahkan polarisasi yang semakin tajam.
Teknologi, yang seharusnya mendekatkan, justru sering kali menjauhkan kita, karena interaksi lebih banyak terjadi di dunia maya daripada dalam kehidupan nyata.
Perbedaan pandangan politik, ideologi, dan agama semakin memperlebar jarak antarindividu, menyebabkan fragmentasi sosial yang memprihatinkan.
Fenomena ini tidak hanya terjadi dalam lingkup yang luas, tetapi juga merambah ke dalam keluarga dan lingkungan terdekat, melemahkan nilai-nilai kebersamaan yang dulu dijunjung tinggi.
Di tengah situasi ini, Islam memberikan solusi yang sangat relevan, yaitu silaturahim. Silaturahim memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam sebagai sarana untuk memperkuat hubungan antarsesama.
Ulama klasik seperti Imam Al-Ghazali dalam karya monumental Ihya' Ulumuddin menekankan bahwa menjaga hubungan baik dengan sesama adalah bagian dari akhlak yang mulia dan refleksi dari ketakwaan.
Ulama modern, seperti Yusuf Al-Qaradawi, bahkan menegaskan bahwa silaturahim tidak hanya terbatas pada hubungan kekerabatan, tetapi juga meluas kepada masyarakat secara umum, termasuk membangun solidaritas lintas kelompok yang berbeda.
Pandangan ini semakin relevan di zaman di mana manusia semakin individualistis dan sering terjebak dalam sekat-sekat sosial yang memisahkan mereka.
Al-Qur’an secara tegas memerintahkan umat Islam untuk menjaga silaturahim. Dalam Surah An-Nisa ayat 1, Allah berfirman:
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim,”
Hadis Nabi Muhammad ﷺ juga menguatkan pentingnya silaturahim. Rasulullah ﷺ bersabda,
"Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahim." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalil-dalil ini menunjukkan bahwa silaturahim bukan sekadar anjuran, tetapi memiliki konsekuensi nyata dalam kehidupan seseorang.
Kisah Nabi Muhammad ﷺ dalam menjaga hubungan sosial menjadi teladan yang luar biasa. Salah satu peristiwa yang menggambarkan keutamaan silaturahim adalah saat beliau tetap menjalin hubungan baik dengan pamannya, Abu Talib, meskipun tidak memeluk Islam.
Nabi Muhammad ﷺ juga menunjukkan akhlak mulia ketika menaklukkan Makkah, dengan memberi amnesti kepada mereka yang dahulu memusuhi dan menyakitinya.
Sikap ini mencerminkan esensi silaturahim dalam Islam, yaitu membangun persaudaraan tanpa memandang perbedaan dan mengutamakan rekonsiliasi daripada permusuhan.
Silaturahim memiliki nilai positif yang luas bagi kehidupan individu maupun masyarakat. Dari sisi spiritual, menjaga silaturahim merupakan bentuk ketaatan kepada Allah yang akan mendatangkan berkah dalam kehidupan.
Dari perspektif psikologis, hubungan sosial yang baik dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional.
Sementara dari sisi sosial, silaturahim berperan penting dalam menciptakan keharmonisan, mengurangi konflik, dan membangun jaringan sosial yang lebih kuat.
Manfaat silaturahim juga terbukti dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam dunia kerja, hubungan yang baik antarindividu dapat meningkatkan produktivitas dan membangun lingkungan yang lebih kondusif.
Dalam kehidupan berbangsa, semangat silaturahim dapat meredam ketegangan politik dan sosial, menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan harmonis.
Di tengah dunia yang semakin terfragmentasi, silaturahim menjadi salah satu solusi untuk membangun kembali kepercayaan dan persatuan.
Meskipun memiliki banyak keutamaan, silaturahim sering kali diabaikan dengan berbagai alasan. Kesibukan, egoisme, dan prasangka buruk menjadi penghalang utama yang merusak jalinan sosial.
Oleh karena itu, diperlukan kesadaran kolektif untuk menghidupkan kembali budaya silaturahim, dimulai dari lingkup terkecil, seperti keluarga dan sahabat, hingga merambah ke komunitas yang lebih luas.
Islam telah memberikan panduan yang jelas bahwa silaturahim bukan hanya sekadar interaksi sosial, tetapi juga bentuk ibadah yang memiliki dampak besar dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Di tengah tantangan sosial yang semakin kompleks, silaturahim dapat menjadi kunci untuk menyatukan kembali umat manusia dalam harmoni dan persaudaraan.
Saatnya menjadikan silaturahim sebagai jembatan yang menghubungkan hati dan mempererat persaudaraan, agar masyarakat yang terfragmentasi dapat kembali menyatu dalam ikatan kebersamaan yang kokoh.
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami