__temp__ __location__

HARIAN NEGERI, 1 Mei 2025 – Mengajak anak makan tempe atau daun kelor kini tak lagi harus lewat paksaan. Pendekatan baru menekankan pentingnya permainan, cerita, dan pengalaman langsung dalam mengenalkan pangan lokal ke generasi muda.

“Mau anak doyan sayur dan bangga makan tempe? Rahasianya bukan di ceramah, tapi di dapur rumah dan dongeng sebelum tidur,” ujar Sultani, penulis dan mantan peneliti Litbang Kompas, dalam artikelnya di Kompasiana (1/5).

Dengan dominasi makanan cepat saji dan budaya pop global, pangan lokal seperti jagung, ubi ungu, atau kelapa makin terpinggirkan dari meja makan anak-anak Indonesia. Padahal, pangan lokal menyimpan gizi tinggi dan mengandung nilai budaya yang kuat.

Strategi baru yang ditawarkan antara lain:

1. Mengajak anak ikut memasak dan menyentuh bahan pangan lokal.

2. Menggunakan permainan edukatif seperti tebak rasa, board game menu lokal, atau “MasterChef Nusantara”.

3. Mengunjungi pasar tradisional dan kebun untuk membangun hubungan dengan asal-usul makanan.

4. Menggunakan cerita, lagu, dan dongeng bertema makanan tradisional.

“Anak belajar lewat rasa ingin tahu. Ketika mereka terlibat, mereka akan lebih mudah menerima bahkan mencintai makanan lokal,” jelas Sultani.

Gerakan mengenalkan pangan lokal kepada anak ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan nasional, membentuk identitas budaya sejak dini, sekaligus menciptakan pengalaman makan yang menyenangkan dan penuh makna.

Melisa Ahci

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie