Oleh: Imaduddin Al Fanani (Wirausaha Muda)
Banyak orang ingin berbisnis agar menjadi kaya. Namun, pertanyaan yang jarang diajukan adalah: “Untuk apa kekayaan itu?” Di sinilah letak fondasi bisnis berkah yaitu niat. Bisnis yang berkah lahir dari niat yang benar: bukan sekadar mengejar materi, tapi ingin menebar manfaat, memakmurkan diri, keluarga, dan umat.
Lalu, apakah orang kaya pasti sukses? Tidak selalu. Sebaliknya, apakah orang miskin pasti gagal? Belum tentu. Seseorang bisa saja hidup sederhana tapi sukses karena ia mampu membahagiakan keluarganya, hidup tenang, dan tetap dekat dengan Tuhan. Artinya, ukuran sukses tidaklah tunggal.
Namun, pengusaha sejati harus punya cita-cita yang ideal: menjadi kaya sekaligus bermanfaat. Karena dengan kekayaan, kita bisa memperluas kebermanfaatan dan memaksimalkan ibadah. Kaya bukan tujuan akhir, tapi alat untuk memberi lebih banyak.
Di sinilah makna sukses perlu kita luruskan. Sukses bukan sekadar “bermanfaat”, tapi tentang bagaimana manfaat itu lahir dari keikhlasan dan keberkahan. Jika pencapaian materi dijadikan satu-satunya ukuran, maka keserakahan akan menjadi mesinnya, manipulasi menjadi bahan bakarnya, dan kapitalisme menjadi sistemnya. Padahal Allah tidak menyukai sikap berlebihan.
Allah memerintahkan kita untuk cukup kaya, tapi tidak sombong; berlimpah, tapi tetap sederhana. Karena itu, seorang pengusaha harus bermental kaya. Mental kaya berarti berpikir cukup, tidak mudah iri, dan fokus memberi. Jangan biarkan orang lain mendikte makna suksesmu.
Hanya dirimu yang tahu arti sukses sejati. Orang sukses sejati adalah mereka yang merdeka dari penilaian orang lain, yang menikmati keberkahan proses tanpa harus membandingkan hasil.
Bisnis yang berkah dimulai dari kesadaran akan apa yang dijual, kenapa menjualnya, dan bagaimana cara menjualnya. Jangan sampai niat berbisnis justru mengundang sumpah serapah orang lain karena menipu atau menzalimi. Gengsi tidak akan membuatmu kaya, tapi justru membuatmu sengsara. Kejar mimpimu dan jangan gengsi.
Menurut saya, sukses adalah ketika hidup kita punya arah, niatnya benar, rezekinya halal, dan manfaatnya nyata. Itulah fondasi dari bisnis yang berkah dan entrepreneur mindset yang benar.
Menjadi pengusaha itu sebenarnya mudah asal tahu ilmunya, berani mengeksekusi, mampu mengevaluasi, dan punya mentor yang tepat. Sebaliknya, akan terasa sulit jika kita tidak mau belajar. Karena itu, kapasitas ilmu dan diri harus diinstal. Untuk memudahkan perjalanan ini, gunakan framework atau rencana pembelajaran dalam jangka 3–5 tahun ke depan.
Pada akhirnya, pengusaha sejati bukan hanya mencari angka cukup untuk dirinya, tapi membantu orang lain mencapai angka cukupnya juga. Karena di sanalah letak keberkahan sejati yaitu ketika rezeki kita menjadi sebab tercukupinya orang lain
Tinggalkan komentar
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *
Top Story
Ikuti kami