__temp__ __location__

HARIAN NEGERI, Yogyakarta – Pemerintah Kota Yogyakarta di bawah kepemimpinan Wali Kota Hasto Wardoyo dan Wakil Wali Kota Wawan Harmawan terus mendorong transformasi pelayanan publik berbasis partisipasi aktif warga. Salah satu inovasi unggulan yang dijalankan adalah forum open house setiap Rabu pagi, yang menjadi ruang dialog langsung antara warga dan pemimpin kota.

“Saya ingin memastikan pemerintah hadir langsung di tengah masyarakat. Setiap Rabu pagi mulai pukul 05.30 sampai 09.00 WIB, siapa pun boleh datang ke Balai Kota dan menyampaikan keluhan atau usulan secara terbuka,” kata Hasto saat menjadi narasumber dalam program Angkringan TVRI Yogyakarta, Jumat (20/6).

Kebijakan komunikasi terbuka ini, lanjut Hasto, tidak hanya mempercepat respons terhadap persoalan masyarakat, tetapi juga memperkuat kepercayaan publik terhadap institusi pemerintahan. Selain melalui pertemuan tatap muka, Hasto juga rutin menyapa warga melalui siaran langsung program “Wali Kota Menyapa” di RRI Yogyakarta setiap Rabu sore.

Dalam bidang kesehatan, Pemkot Yogyakarta menjamin layanan pengobatan dan pencegahan penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol secara gratis di seluruh puskesmas. Hasto juga menekankan pentingnya perawatan kesehatan bagi lansia, khususnya bagi ibu-ibu pasca menopause.

“Gangguan hormonal bisa dicegah dengan aktivitas fisik ringan seperti naik tangga, berjalan kaki, atau mengerjakan pekerjaan rumah. Pola makan juga harus dijaga,” ujarnya.

Isu sampah menjadi perhatian serius dalam 100 Hari Kerja Wali Kota. Pemkot menerapkan sistem pengelolaan berbasis komunitas yang melibatkan warga dalam proses pemilahan dan pengangkutan sampah. Transporter sampah dikelola oleh masyarakat dengan retribusi yang disepakati melalui musyawarah di tingkat kampung.

“Sampah dapur jangan dicampur plastik. Kalau bersih dan tidak berbau, lingkungan sehat dan rejeki lancar,” tutur Hasto, disambut gelak tawa hadirin saat menjelaskan pentingnya kebersihan dengan gaya khas angkringan.

Ia juga mengingatkan bahwa lalat yang datang akibat sampah bisa menyebarkan penyakit. “Plastik dicampur sisa makanan pasti bau. Kalau bau, datang lalat. Tahukah kita, lalat bisa terbang sampai 500 meter? Kalau hinggap di tahu goreng lalu menulari orang, bisa diare,” ujarnya jenaka.

Pada kesempatan tersebut, Hasto juga mengungkapkan bahwa Pemkot akan menggandeng mahasiswa melalui program One Village One Sister University. Melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN), mahasiswa akan diterjunkan ke kampung-kampung untuk mendampingi warga dalam berbagai program pemberdayaan.

“Mahasiswa akan membantu masyarakat, mulai dari ekonomi, edukasi, sampai pengelolaan sampah. Ini bentuk sinergi antara pemerintah dan perguruan tinggi untuk kemajuan kota,” jelasnya.

Gusti Rian Saputra

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie