
Kafe Jejak Rasa, Ruang Berkumpul dan Kolaborasi bagi Komunitas di Yogyakarta
Kafe Jejak Rasa Muja Muju Yogyakarta
HARIAN NEGERI, Yogyakarta – Tidak sekadar tempat makan, Kafe Jejak Rasa Muja-Muju di Yogyakarta kini berkembang menjadi ruang kolaborasi bagi berbagai komunitas. Dengan konsep yang menggabungkan kuliner khas Sumatra dan suasana yang nyaman, kafe ini menawarkan lebih dari sekadar pengalaman bersantap.

Sumber Gambar: Media Kafe Jejak Rasa Muja Muju
Menurut pemiliknya, Paksi Dewandaru, Jejak Rasa ingin menjadi tempat yang memberikan ruang bagi komunitas untuk berkembang. "Kami menyediakan ruang pertemuan yang bisa digunakan tanpa biaya sewa, cukup dengan membeli makanan dan minuman. Ini adalah bentuk dukungan kami untuk berbagai komunitas di Yogyakarta," ungkapnya.

Sumber Gambar: Kafe Jejak Rasa Muja Muju
Kafe ini memiliki beberapa ruangan dengan kapasitas berbeda, mulai dari ruangan kecil untuk 6–8 orang hingga ruangan yang lebih besar yang bisa menampung hingga 20 orang. Selain itu, terdapat area working space di luar ruangan yang sering dimanfaatkan oleh mahasiswa dan freelancer .

Sumber Gambar: Kafe Jejak Rasa Muja Muju
Salah satu kegiatan komunitas yang rutin berlangsung di Jejak Rasa adalah kelas belajar bahasa Arab yang diadakan setiap Selasa. Selain itu, kafe ini juga membuka peluang bagi komunitas lain yang ingin mengadakan acara seperti nonton bareng (nobar) dan pertunjukan akustik.
"Kami ingin menjadikan Jejak Rasa sebagai tempat yang bukan hanya menyajikan makanan lezat, tetapi juga bisa menjadi tempat bertukar ide dan berkumpul bagi komunitas," tambah Paksi.

Sumber Gambar: Kafe Jejak Rasa Muja Muju
Dengan harga yang terjangkau, fasilitas internet cepat menggunakan Starlink, serta suasana yang nyaman, Jejak Rasa Muja-Muju semakin diminati oleh berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa hingga pekerja. Ke depan, kafe ini berambisi untuk memperluas konsep serupa ke kota-kota lain, membawa semangat kuliner dan kolaborasi ke lebih banyak komunitas di Indonesia.
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami