Oleh: Rachmad Syah Putra, S.H (Ketua distrik Berisik Jambi sekaligus Kementerian Ekonomi dan Sosial FORMAHII)
Delapan puluh tahun merdeka, tapi rakyat masih harus bertanya: merdeka untuk siapa? Kita mungkin telah mengusir penjajah asing, tapi kita membiarkan penjajahan baru tumbuh subur—lebih halus, lebih licik, dan sering kali dilindungi oleh undang-undang yang dibuat sendiri.
Pemerintah berbicara tentang kemajuan, tetapi di pelosok negeri anak-anak masih belajar di lantai tanah. Mereka berpidato tentang keadilan, sementara hukum hanya berani keras pada yang lemah dan membungkuk di hadapan yang kuat. Mereka memamerkan angka pertumbuhan, tapi lupa bahwa perut rakyat tak pernah kenyang dengan statistik.
Pembangunan kini sering jadi panggung pencitraan. Jalan mulus menuju bandara dibangun, tapi jalan desa tetap berlobang. Gedung megah berdiri di pusat kota, tapi rumah sakit daerah kekurangan tenaga dan obat. Uang rakyat habis untuk proyek-proyek yang menguntungkan segelintir orang, sementara rakyat diminta bersabar, terus bersabar, dan kembali bersabar.
Inilah ironi kemerdekaan kita: setiap tahun kita merayakannya, tetapi setiap tahun pula kita mengulang keluhan yang sama. Kita menyanyikan lagu perjuangan, tapi membiarkan pengkhianatan terhadap cita-cita kemerdekaan terjadi di depan mata.
Kemerdekaan bukan sekadar upacara dan bendera di tiang. Ia adalah keberanian untuk menegakkan kebenaran meski melawan arus kekuasaan. Ia adalah kesanggupan memihak pada rakyat meski mengorbankan kenyamanan para elit.
Selama pemerintah lebih sibuk menjaga kursinya daripada menjaga nasib rakyatnya, selama uang negara lebih aman di rekening pribadi daripada di kantong rakyat, selama itu pula kemerdekaan ini hanyalah cerita indah di buku sejarah—bukan kenyataan yang dirasakan oleh semua.
Jika para pendiri bangsa dulu rela mengorbankan nyawa untuk kemerdekaan, mengapa hari ini begitu banyak yang rela mengorbankan rakyat demi kekuasaan?
Tinggalkan komentar
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *
Top Story
Ikuti kami