__temp__ __location__

Oleh: Anisa Salsabila

Sebagai seorang mahasiwa yang menempuh pendidikan di tingkat perguruan tinggi, belajar bukanlah satu-satu nya kewajiban yang harus dipenuhi oleh mahasiswa. Mahasiwa dituntut untuk dapat memenuhi kewajiban nya yang tertuang di dalam Tridharma Perguruan Tinggi. Tridharma ini merupakan pedoman sebagai bentuk pemenuhan kewajiban Perguruan tinggi untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat.

Tridharma Peguruan tinggi Sebagai salah satu pilar dalam membangun negeri sesuai dengan amanat dari pembukaan  undang-undang dasar 1945  yang berbunyi “untuk membentuk suatu pemerintahan indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa” maka melalui amanat ini mahasiswa diharapkan dan dituntut agar dapat berkontribusi secara nyata untuk masyarakat dalam pemenuhan janji yang tertuang  dalam Undang-ndang dasar 1945.

Kontribusi nyata yang dapat dilakukan oleh mahasiswa adalah dengan terjun langsung ke masyarakat. Mahasiwa dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat untuk dapat mengimplementasikan llmu yang didapatkan selama menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi. Dan bahkan mahasiswa dapat memahami bagaimana keadaan masyarakat sebenarnya, dan tau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat agar dapat melakukan perubahan yang tepat dan cermat demi membangun negeri yang lebih maju nanti nya.

Memaknai kebutuhan mahasiswa dalam pemenuhan kewajiban nya untuk dapat berkontribusi kepada masyarakat, maka Mahardika Muda hadir sebagai komunitas sosial independen yang bergerak dan fokus dalam bidang pendidikan dan pengabdian masyarakat. Melalui tujuan pembentukan dan hadirnya Mahardika Muda di tengah-tengah masyarakat, Mahardika Muda membawa program unggulan nya yang bernama Mahardika Mengajar.

Mahardika Mengajar dilaksanakan setiap satu tahun sekali dan diselenggarakan di daerah yang memerlukan perhatian dari kita sebagai mahasiswa. Program unggulan Mahardika Mengajar ini telah berlangsung selama empat kali pertahun, dan pada tahun 2024 Mahardika Mengajar hadir kembali di daerah Sariak Alahan Tigo, Kabupaten Solok yang dilaksanakan dari tanggal 14 januari sampai tangal 21 januari.

Sariak Alahan Tigo menjadi daerah yang diplih kembali oleh Mahardika Muda sebagai tempat desa binaan, agar mahasiswa dapat terjun langsung dan memahami bagaimana keadaan masyarakat di daerah tersebut, baik dari aspek sosial, pendidikan, perekonomian dan aspek-aspek lainnya. Melalui program Mahardika Mengajar ini mahasiswa diberikan kesempatan untuk berbaur, bersosialisasi dan melaksanakan program kerja yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan di daerah tersebut.

Setiap mahasiswa yang terpilih menjadi relawan atau volueenter dalam kegiatan Mahardika Mengajar Batch 4  terbagi menjadi beberapa kelompok yang diturunkan kebeberapa jorong yang berbeda di kawasan daerah Sariak Alahan Tigo. Jorong Sariak Ateh, Jorong Sarik Bawah, Jorong Taratak Teleang, Jorong Pintikayu, Jorong Taratak Baru dan Jorong Taratak batuang menjadi daerah pilihan untuk lokasi pengabdian para voluenteer Mahardika Mengajar batch 4.

Terkhusus untuk Jorong Taratak teleang, tempat penulis dan rekan-rekan volueenter lainnya melakukan Pengabdian  dan singgah di daerah tersebut. Selama satu minggu Jorong Taratak Teleang mampu menaklukan hati penulis, dan menjadikan Jorong Taratak teleang tak hanya sekedar tempat singgah tapi sebagai tempat yang penulis sebut sebagai rumah.

Lingkungan yang asri, budaya Minangkabau yang masih kental dan masyarakat yang sangat ramah, bahkan kata ramah tidak cukup untuk menggambarkan bagaimana hangatnya kami disambut oleh masyarakat Jorong Taratak teleang yang sekarang kami anggap sebagai keluarga dan saudara. Melalui kesempatan pengabdian yang diberikan oleh Mahardika Muda, penulis bersama rekan-rekan volueenter memanfaatkan kesempatan ini dan kami sebut dengan jargon “eksekusi” untuk melalukan perubahan dan pembaharuan untuk Jorong Taratak teleang.
Bertemu dan terjun langsung ke sekolah-sekolah yang berada di Jorong Taratak teleang  merupakan hal yang luar biasa.

Melalui kesempatan ini, kami dapat melihat bagaimana semangat belajar yang sungguh tinggi dari setiap siswa/i yang bersekolah di daerah tersebut. Meskipun terbatas oleh akses fasilitas yang kurang dan tak mumpuni namun kegigihan belajar anak-anak Jorong Taratak Teleang tampak tak pudar sedikitpun. Mendapatkan kesempatan untuk berperan mengajar di sekolah-sekolahan yang ada di Jorong Taratak Teleang.

Penulis bersama rekan-rekan volueenter membawa beberapa program mengajar baik itu materi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Sex Education, pemahaman tentang Generasi Berencana, literasi digital, belajar Bahasa Inggris dan materi-materi lainnya. Satu hal yang sangat penulis sadari melalui program mengajar ini adalah antusias yang sangat tinggi dan sikap sopan yang masih sangat terasa serta kental dari perilaku anak-anak Jorong Taratak teleang.

Etika komunikasi dari kato nan ampek yang berkembang dalam masyarakat Minangkabau masih sangat terjaga di Jorong Taratak Teleang, bahkan anak-anak jorong tersebut juga tau dan paham bagaimana pengimplementasian dari nilai-nilai luhur di Minangkabau. 

Beralih ke dalam aspek agama, Jorong Taratak Teleang  memiliki beberapa masjid dan surau sebagai tempat beribadah dan tempat anak-anak menerpa ilmu membaca Al-quran. Dalam agenda sholat berjamaah, baik itu sholat subuh, sholat maghrib dan sholat isya masjid selalu dipenuhi oleh massyarakat Jorong Taratak Teleng, baik dari kalangan tua, muda bahkan anak-anak sekalipun. Kegiatan mengaji di jorong ini pun juga masih sangat tradisonal, salah satu tempat mengaji anak-anak jorong taratak teleng  yang sangat berkesan bagi penulis adalah di tempat “uwo”.

Di tempat uwo  anak-anak akan mengaji secara bersama-sama, dan secara bersama-sama pulalah nanti anak-anak tersebut akan saling mengoreksi bacaan Al-quran ataupun iqra satu sama lain di bawah pengawasan uwo. 

Yang sangat menggugah hati penulis  adalah ketika melihat dan menempuh perjalanan menuju rumah uwo yang sangat memprihatikan. Tak ada cahaya di jalanan yang menerangi semangat belajar mengaji dari anak-anak Jorong tersebut, tak ada jalan yang bagus untuk ditapaki oleh setiap langkah kaki yang antusias dalam belajar mengaji. Perjalanan ke rumah uwo cukup terjal dan membahayakan bagi penulis, pengalaman yang mengantarkan penulis ke rumah uwo berujung terpeleset dan jatuh ketika perjalanan pulang dikarenakan cuaca yang hujan saat itu dan membuat jalanan yang tak diaspal tersebut basah serta licin.

Lagi-lagi penulis bersama rekan-rekan volueenter lainnya berdecak kagum dan berucap syukur atas kenikmatan hidup yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Sesekali air mata turun ketika melihat anak-anak Jorong Taratak Teleng tak ada yang mengeluh dengan kondisi serta situasi yang dihadapkan kepada mereka, senyuman mereka ketika melewati jalanan terjal tersebut menjadi cahaya yang menerangi perjalanan pulang bagi penulis pada saat itu.

Lingkungan yang sangat asri dan elok serta indah dipandang juga memanjakan mata dan hati penulis, udara dingin yang berhembusan disambut oleh air yang juga bersuhu dingin memanjakan tubuh dalam balutan yang hangat. Tak hanya sampai disitu, sapaan dan keramah tamahan masyarakat Jorong Taratak Teleng juga membuat penulis dan rekan-rekan volueenter disana merasa seperti seorang anak yang tumbuh dengan kasih sayang yang hangat dari keluarga. Penulis belajar banyak hal dari pengalaman pengabdian di Jorong Taratak Teleang, salah satu nya dengan budaya tradisioanal Jorong tersebut.

Tari piring, semua orang pasti tau tentang tarian yang menjadi khas dari Sumatera Barat ini. Namun, berbeda dengan tari piring pada umumnya tari piring di Jorong Tarata Teleang disuguhkan dalam bentuk yang berbeda. Di jorong ini, anak-anak akan menari diiringi oleh alunan alat musik rabana, gendang dan talempong. Anak-anak akan menggunakan properti piring serta buah damar yang telah kering.

Buah damar ini akan dilobangi dan diletakan diujung jari telunjuk penari, dan akan menghasilkan suara ketika dipukulkan ke piring. Gerakan yang kompak dan teratur dalam alunan musik serta tari piring yang dibawakan oleh anak-anak jorong Taratak teleng memiliki makna tersendiri bagi penulis, ia seperti memiliki makna sebagai rasa beryukur dan menunjukan bagaimana kekompakan dari anak-anak Jorong tersebut. 

Keakraban yang terjalin antara volueenter dan anak-anak Jorong Taratak Teleng menjadi suatu ukiran yang akan selalu dikenang dalam hati. Setiap senyuman yang lebar serta tawa renyah dari anak-anak Jorong Taratak Teleng menjadi pengigat bagi kami, mahasiswa. Sebagai pengigat bahwa apa yang kami pikul saat ini tidak hanya berorientasi untuk diri sendiri saja, namun juga untuk mereka yang diluar sana yang membutuhkan kita, sebagai penggerak untuk perubahan yang lebih baik.

Mengikuti perkembangan zaman yag sudah cukup pesat, maka seharusnya kita dapat membawa pemerataan bagi setiap daerah agar tidak ada lagi daerah yang tertinggal. Agar tidak ada lagi kesenjangan di negeri ini, agar setiap nafas yang berhembus di atas negeri ini mendapatkan kesempatan yang sama untuk hidup yang lebih baik dan lebih layak.

Melalui tulisan ini penulis berharap semua pihak yang terkait dapat memaknai tulisan ini sebagai pengingat untuk kita bersama, pengingat untuk rasa bersukur, pengingat untuk melakukan perubahan dan pemerataan serta pengingat bahwa kita semua adalah saudara yang harus saling bahu-membahu.

Yusuf Wicaksono

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie