__temp__ __location__

Oleh: PW PII Jakarta

Jakarta — Di tengah keresahan kader se-Indonesia atas ketidakjelasan pelaksanaan Muktamar, Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII) justru menunjukkan kemampuan luar biasa: menghilang di saat paling dibutuhkan.

Saat kader menuntut kejelasan, PB PII memilih diam seribu bahasa. Saat diminta transparansi, mereka sibuk “rapat internal” tanpa hasil. Dan saat kader hadir langsung ke kantor, para pengurus besar justru tak terlihat batang hidungnya, mungkin sedang "menyusun strategi menghindar jilid berikutnya."

Aksi pelajar Jakarta menyegel kantor PB PII hari ini jadi bukti bahwa kader sudah muak. Bukan karena mereka tidak sabar, tapi karena PB PII sudah terlalu lama bermain petak umpet dengan tanggung jawab.

Jika kepemimpinan diukur dari seberapa cepat menghilang saat krisis, mungkin PB PII periode ini layak dapat penghargaan. Tapi sayangnya, organisasi tidak butuh ilusi kepemimpinan PII butuh pemimpin yang muncul saat diminta, bicara saat ditanya, dan bertanggung jawab saat semuanya kacau.

Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya: 
Muktamar tersendat. Kader bingung. PB PII lenyap. Sungguh kepemimpinan yang menginspirasi untuk tidak ditiru.

Anang Kurniawan

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie