Penulis : Ibnu fajar
Wayang kulit adalah salah satu warisan budaya tertua dan paling berpengaruh di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa dan Bali dan sunda,lombok. Seni ini bukan sekadar pertunjukan hiburan, melainkan juga media pendidikan, dakwah, dan refleksi nilai-nilai kehidupan. Pada 7 November 2003, UNESCO menetapkan wayang kulit sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity.dan wayang kulit ini biasanya di beberapa daerah akan di tampilkan setiap bulan agustussan atau bisa juga acara yang lain.
Tentu saja budaya wayang kulit Indonesia ini tidak bisa diklaim sebagai budaya masyarakat bangsa lain. Bukti-bukti sejarah wayang kulit di Jawa (dan budaya sekitarnya) telah cukup lama menjadi bagian kebudayaan tradisi di Jawa dan masyarakat sekitarnya. Wayang kulit telah menjadi bagian dari kebudayaan lokal di Indonesia lebih dari seribu tahun yang lalu. Disamping itu, cerita wayang kulit telah menjadi pembentuk karakter dan tuntunan hidup bagi orang Jawa sejak saat itu. Wayang kulit telah menjadi sarana komunikasi dan sarana ajaran nilai bagi masyarakat Jawa dan sekitarnya. Oleh karena itu maka diperlukan pemahaman mengenai sejarah asal-usul wayang kulit agar budaya tersebut dapat dipahami sebagai warisan budaya Indonesia.
Wayang kulit memberikan gambaran mengenai berbagai corak kepribadian orang mengenai kepemimpinan, kebijaksanaan, dan kearifan dalam kehidupan berkelompok. Wayang sebagai seni pertunjukkan rakyat dikenal lama dalam kehidupan mereka tidak sekedar sebagai tontonan melainkan juga mengandung tuntunan. Cerita wayang berperan dalam membentuk pola kehidupan dan karakter masyarakat, yang mengikuti keperibadian dalam tokoh-tokoh wayang. Pertunjukkan wayang telah berperan menjadi salah satu bagian komunikasi massa yang paling dominan sebelum adanya televisi, filem, radio dan internet (media sosial). Pada masa-masa sebelum berkembangnya teknologi seperti saat ini maka wayang menjadi sarana penyampai pesan yang efektif dalam kebudayaan mereka. Saat ini, perubahan budaya moderen tampaknya telah mengurangi peran pertunjukan wayang dalam upaya dalam membangun tuntunan moral dan etika masyarakat.
Di dalam cerita wayang dijelaskan dengan cara simbolis mengenai gambaran kehidupan manusia, ajaran-ajaran bagaimana hidup ini harus dijalani. menjelaskan mengenai wayang yang memiliki hubungan yang erat sekali dengan kehidupan sosial, kultural, dan religius suku bangsa Jawa. Wayang merupakan seni yang komperhensif, memiliki fungsi estetika, hiburan,
Wayang kulit telah diyakini sebagai warisan budaya Indonesia. Namun klaim budaya wayang kulit yang menjadi budaya asli Malaysia tersebut sangatlah membuat terkejut meskipun pada akhirnya diralat dan akun Adidas. Pada akhirnya mereka meminta maaf atas kesalahannya tersebut. Namun dari permasalahan tersebut, perlu dicermati bahwa budaya tradisi wayang kulit harus diungkap mengenai sejarah asal-usulnya. Penelitian penelitian, kajian kajian dan publikasi hasil penelitian harus diupayakan agar dipahami lebih jelas mengenai asal-usul wayang kulit. Publikasi ilmiah harus dapat menjawab pertanyaan kapan awal mula wayang kulit tersebut diciptakan di tanah Jawa. Pertanyaan tersebut cukup sulit dijawab karena budaya tulis di Nusantara mengenai wayang kulit mungkin masih jarang ditemukan. Artefak-artefak atau catatan mengenai wayang kulit mungkin telah rusak dimakan usia. Namun setelah kehadiran orang-orang Barat Belanda (Indolog), barulah penulisan mengenai wayang mulai dilakukan. Para Indolog telah banyak membantu menulis mengenai wayang dalam perspektif mereka. Penulisan ini diharapkan dapat memberi penjelasan guna memperkuat bukti-bukti bahwa wayang kulit adalah warisan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Sejarah mengenai wayang tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan kepercayaan orang Jawa telah dimulai sejak zaman prasejarah. Pada waktu itu, bangsa Jawa hidup dalam kepercayaan animisme dan dinamisme, yakni kepercayaan asli bangsa Jawa sebelum mereka dipengaruhi bangsa India. Pada waktu mereka beranggapan bahwa semua benda yang ada disekelilingnya adalah bernyawa, dan semua yang bergerak dianggap hidup, dan mempunyai kekuatan ghaib (Herusatoto, 2000). Mereka membayangkan, bahwa di samping segala roh yang ada, tentu ada kekuatan yang paling berkuasa dan lebih kuat dari manusia. Mereka memujanya dengan mengadakan upacara upacara agar terhindar dari gangguan roh tersebut. Seiring dengan perkembangan kepercayaan tersebut maka kebiasaan pemujaan terhadap benda-benda akhirnya berubah menjadi ritual menghormati orang yang meninggal. Wayang kulit dalam awal mula sejarahnya menjadi sarana dalam mereka menjalankan proses kepercayaan tersebut.
Selanjutnya, periode perkembangan kepercayaan masyarakat Jawa dikelompokan dalam empat periode, yakni: (1) masa prasejarah, yakni masa ketika orang Jawa belum berinteraksi dengan kebudayaan luar, atau disebut sebagai zaman kebudayaan asli Jawa; (2) masa Hindu dan Buddha, yakni ketika orang India mengenalkan kedua agama tersebut hingga tersebar luas menjadi agama masyarakat Jawa pada umumnya; (3) masa Islam di Jawa, yakni dimulai pada abad ke13 ketika orang-orang Gujarat datang ke Indonesia dengan membawa ajaran Islam; (4)dan masa ketika bangsa Eropa datang ke Jawa. Periode-periode tersebut menghasilkan tindakan-tindakan simbolis dalam kepercayaan Jawa dan saling tidak terpisahkan satu sama lainnya (Herusatoto, 2000)
Proses asimilasi serta adaptasi dari kebudayaan India tersebut telah dimulai pada permulaan awal dari zaman ini. Dugaan paling tua adalah tentang kolonialisasi orang orang India yang bercampur dengan perkawinan antar raja-raja India dengan putri-putri pemimpin lokal (Holt, 2000). Perkiraan lainnya, bahwa penyebaran ide-ide keagamaan India serta ketrampilan-ketrampilan teknik mungkin tersebar dari penghuni pedagang pedagang India. Setelah itu, tekanan diberikan kepada peranan para pendeta India dalam memperkenalkan agama-agama India ke Kepulauan Indonesia (Holt, 2000) Interaksi sosial tersebut menyebabkan pertukaran barang-barang budaya dan juga material ke Kepulauan Indonesia. Migrasi dewa-dewa India ke pulau-pulau Indonesia datang lewat penetrasi damai dari dua sistem keagamaan, yaitu Brahmanisme, terutama aspek Çiwaitnya dan Buddhisme, yang setelah penampilan pertama dari aliran Hinayana, segera tersebar secara luar biasa dalam bentuk Hinayana, yang dengan kuat dibumbui oleh elemen Tantra (Holt,2000). Kedua sistem keagamaan tersebut menerima ciri-ciri Indonesia hingga tumpang tindih bahkan, terpadu dalam pemujaan-pemujaan sinkretisme Indonesia-Hindu-Buddha. Cerita mengenai wayang kulit merupakan hasil dari proses asimilasi dengan bangsa India namun diterjemahkan secara lokal oleh orang Jawa dan sekitarnya.
sejarah yang telah ditelusuri diyakin bahwa wayang kulit memang warisan kekayaan milik Indonesia karena memang lahir dan diciptakan dari tanah Jawa, Indonesia. Penciptaan wayang kulit adalah sebuah proses Panjang yang dilalui dari proses asimilasi dan adaptasi dari budaya India. Meskipun hal ini tidak dapat dipungkiri namun pengaruh kebudayaan India telah mewarnai budaya Nusantara khususnya pada wayang kulit. Proses indianisasi telah mewarnai pertunjukan wayang dengan kreatifitas pada masyarakat lokal di Jawa. Apabila temuan mengenai kesenian seperti wayang pada masa sebelum Hindu di Jawa maka dapat diduga terjadi proses asimilasi, akulturasi budaya antara masyarakat lokal dan masyarakat pendatang dari India. Wayang kulit merupakan hasil proses kreasi dari masyarakat lokal disesuaikan dengan kondisi setempat.
Tinggalkan komentar
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *
Top Story
Ikuti kami