HARIAN NEGERI, Serang – Di sebuah sudut perumahan yang tenang di Kota Serang, tepatnya di Jl. Anthurium, Perumahan Bumi Mukti Indah Blok A14 No.06 RT/RW 004/009, Ciracas, berdiri sebuah rumah kontrakan yang setiap sore dan malam selalu ramai dengan lantunan ayat suci. Rumah sederhana itu menjadi saksi lahirnya semangat besar Rumah Tahfidzul Qur’an El‑Alif yang sejak 2021 menjadi cahaya Qur’ani bagi ratusan anak dari berbagai perumahan di sekitarnya.
Rumah ini lahir dari ketulusan hati seorang ibu, Najah Latifah, istri dari Enting Abdul Karim. Awalnya, di masa pandemi Covid‑19, Najah melihat banyak anak di sekitar rumahnya yang tidak bersekolah dan hanya menghabiskan waktu di rumah. Tergerak oleh kegelisahan itu, ia mengajak tujuh anak teman-teman putranya, Hamzah untuk belajar mengaji di teras rumah. Siapa sangka, dari teras sederhana itulah muncul sebuah gerakan yang kini menyinari banyak hati.
Hari demi hari, jumlah santri terus bertambah. Kini, lebih dari 125 santri datang dari berbagai perumahan di sekitar Ciracas, bukan hanya dari Perumahan Bumi Mukti Indah mengaji dan menghafal Al‑Qur’an di rumah kontrakan tersebut. Dari anak usia lima tahun hingga pelajar kelas tiga SMA, semua larut dalam lantunan ayat suci yang memenuhi sudut-sudut rumah ini setiap sore dan malam.
Belajar dan Menghafal dengan Cinta
Selama empat tahun berjalan, Rumah Tahfidzul Qur’an El‑Alif telah menggelar empat kali Haflah Tahfidz, melahirkan hafidz dan hafidzah Juz 1, Juz 29, dan Juz 30. Bahkan kini telah ada seorang santri yang berhasil menghafal hingga Juz 3.
Metode pembelajaran dimulai dengan talaqi dan muroja’ah bersama. Materi yang diberikan pun beragam: Tahsin Al‑Qur’an, Iqro, Islah, serta ilmu pengimbang seperti Tajwid (metode Baghdadi & Tuhfatul Atfhal), Tauhid (Aqidatul Awam), Fiqih (Safinatun Najah), doa-doa harian, mahfuzhot, hingga dasar-dasar bahasa Arab.
Tak hanya mengaji, di sini anak-anak juga dibentuk akhlaknya melalui program tahunan seperti Haflah Tahfidz, Tasmi’ Akbar, Semarak Muharram, Ramadhan Berbagi, dan Safari Tahfidz.
Dua Lokal Sederhana di Rumah Kontrakan
Meski jumlah santri terus bertambah, fasilitas belajar masih sangat terbatas. Kegiatan mengaji hanya berlangsung di teras depan rumah dan ruang tengah yang kecil. Keduanya berada di rumah kontrakan yang disewa keluarga Najah. Saat hujan deras, air kerap masuk ke teras sehingga anak-anak kadang harus berdiri untuk menjaga mushaf dan buku-buku mereka tetap kering.
Tenaga pengajar tetap ada tiga orang, yaitu Najah Latifah selaku pimpinan Rumah Tahfidz, Sayyidatul Mardiyyah, dan Abdul Halim. Selain itu, Cantikasari, salah satu santri berprestasi, juga sering membantu mengajar jika diperlukan.
Tidak Mencari Untung, Justru Membuka Harapan
Yang membuat tempat ini istimewa, para santri belajar tanpa dipungut biaya. Biaya bulanan tidak ditetapkan, sepenuhnya disesuaikan dengan kemampuan orang tua. Sejak 2024, pendaftaran dikenakan biaya Rp100.000, namun itu pun hanya untuk membantu kebutuhan dasar. Sumber dana utama berasal dari infaq wajib Rp2.000 per minggu per santri, meskipun tidak semua santri mampu membayarnya secara rutin. Rumah Tahfidzul Qur’an El‑Alif sama sekali tidak mengambil keuntungan dari santri seluruh dana yang terkumpul sepenuhnya kembali untuk operasional dan fasilitas belajar. Para guru pun mengajar tanpa gaji tetap, murni karena keikhlasan.
Sebetulnya, banyak orang tua yang ingin mendaftarkan anaknya. Namun, karena keterbatasan tempat dan jumlah pengajar, pihak Rumah Tahfidzul Qur’an El‑Alif terpaksa membatasi jumlah santri. Santri baru hanya diterima jika ada santri yang keluar, agar proses belajar tetap efektif dan terjaga kualitasnya.
Di tengah segala keterbatasan, Najah Latifah menyimpan harapan besar untuk masa depan Rumah Tahfidz yang ia rintis dengan penuh cinta ini.
“Kami ingin punya tempat belajar yang lebih lapang. Anak-anak kadang sampai berdesakan, dan kalau hujan deras teras tempat kami mengaji basah. Semoga ada perhatian dari para aghnia dan pemerintah, agar anak-anak ini bisa belajar dengan lebih baik. Kami hanya ingin melihat mereka tumbuh menjadi generasi yang dekat dengan Al‑Qur’an,” ujarnya.
Salah satu walisantri, ibu Ani memberikan kesan dan pesan untuk Rumah Qur'an El-Alif merasa senang dan bangga putrinya bisa mengaji di El-Alif.
“Senang dan bangga tentunya. Di saat saya tidak bisa mengajarkan anak saya mengaji, ada Rumah Qur’an El‑Alif yang memberikan solusi. Alhamdulillah banyak programnya yang membantu anak, bukan hanya tentang menghafal Al‑Qur’an tetapi juga tentang akhlak. Harapan saya, semoga Rumah Qur’an El‑Alif semakin berkembang, bukan hanya santrinya tetapi juga tempatnya semakin memadai, dan semoga melahirkan anak-anak yang berakhlak Qur’ani. Aamiin," tuturnya.
Jihan, salah satu santri, berharap agar para pengajar diberikan keselamatan fiddhn ya wal akhirat.
“ Ustadzah selalu mengajarkan santri dan santriwati ilmu yang bermanfaat. Semoga selalu mengingatkan kami untuk ibadah dan beradab kepada orang lain. Harapan saya, semoga para pengajar diberikan keselamatan dunia dan akhirat. Terus bersemangat mengajar,” tuturnya.
Enting Abdul Karim, sebagai pembina Rumah Qur'an Tahfidzul El Alif berpesan bahwa cahaya El-Alif tidak boleh padam.
“Rumah Tahfidzul Qur’an El‑Alif ini bukan milik pribadi, melainkan milik umat. Jangan sampai berhenti hanya karena pendirinya sudah tidak ada. Saya berharap manajemen terus diperkuat, dukungan terus diberikan, karena tempat ini punya potensi besar untuk melahirkan lebih banyak generasi Qur’ani," pungkasnya.
Cahaya dari Perumahan yang Menginspirasi
Rumah Tahfidzul Qur’an El‑Alif telah membuktikan bahwa dari sebuah rumah kontrakan di lingkungan perumahan sederhana, dapat lahir generasi Qur’ani yang menginspirasi. Santrinya datang dari berbagai perumahan, mereka tidak mencari keuntungan, hanya berjuang agar anak-anak dapat terus mengaji dan menghafal Al‑Qur’an dengan cinta.
Kini mereka hanya membutuhkan dukungan: tempat belajar yang lebih layak, fasilitas yang memadai, dan uluran tangan dari para dermawan.
Dari ruang sempit yang penuh semangat ini, cahaya Al‑Qur’an terus menyala menjadi investasi abadi, bukan hanya untuk dunia, tetapi juga untuk akhirat.
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami