__temp__ __location__

Mengapa Kita Cenderung Mengikuti Opini Mayoritas?

Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung menyesuaikan diri dengan kelompoknya. Fenomena ini disebut konformitas, yaitu kecenderungan seseorang untuk mengikuti opini atau tindakan mayoritas agar diterima secara sosial dan menghindari konflik. Konformitas dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kebiasaan, opini politik, dan tren sosial.

Eksperimen Solomon Asch: Bukti Kekuatan Konformitas

Eksperimen terkenal yang dilakukan oleh Solomon Asch (1951) menunjukkan bahwa 75% partisipan memilih jawaban yang salah karena mengikuti kelompok, meskipun mereka sebenarnya mengetahui jawaban yang benar. Hal ini membuktikan bahwa tekanan sosial dapat mengalahkan logika individu.

Dua faktor utama yang memengaruhi konformitas adalah:

  • Normative Social Influence – Keinginan untuk diterima dan menghindari penolakan.
  • Informational Social Influence – Keyakinan bahwa mayoritas memiliki informasi yang lebih benar.

Bandwagon Effect: Mengapa Kita Ikut Tren?

Fenomena bandwagon effect menjelaskan bahwa semakin banyak orang yang mempercayai sesuatu, semakin besar kemungkinan individu lain ikut mempercayainya. Contohnya adalah tren di media sosial dan pemilu, di mana popularitas sering kali lebih berpengaruh daripada substansi.

Selain itu, teori Spiral of Silence yang dikemukakan oleh Elisabeth Noelle-Neumann menjelaskan bahwa individu dengan opini minoritas cenderung diam karena takut dikucilkan. Akibatnya, opini mayoritas tampak semakin dominan.

Peran Media dalam Membentuk Opini Mayoritas

Media massa dan media sosial memainkan peran besar dalam membentuk opini publik. Algoritma media sosial menciptakan echo chamber, yaitu kondisi di mana individu hanya terpapar informasi yang mendukung pandangan mereka. Hal ini memperkuat ilusi bahwa opini mayoritas adalah satu-satunya kebenaran.

Dampak Negatif Konformitas Berlebihan

Meskipun dapat menciptakan keselarasan sosial, konformitas berlebihan memiliki sejumlah risiko, antara lain:

  • Hilangnya pemikiran kritis – Orang lebih mudah menerima informasi tanpa memverifikasi kebenarannya.
  • Groupthink – Kurangnya perdebatan yang sehat dalam kelompok.
  • Menekan kreativitas dan inovasi – Ide baru sulit diterima jika berbeda dari mayoritas.
  • Rentan terhadap hoaks – Informasi yang tidak akurat lebih mudah menyebar.

Mengikuti opini mayoritas adalah bagian dari sifat sosial manusia. Namun, penting untuk tetap berpikir kritis dan tidak menerima segala sesuatu begitu saja. Dengan mencari informasi dari berbagai sumber dan berani mempertanyakan pendapat mayoritas, kita dapat menjadi individu yang lebih mandiri dalam berpikir dan bertindak.

Sumber:

[1] https://tirto.id/mengapa-orang-cenderung-mengikuti-pendapat-mayoritas-cnq1#google_vignette

[2] https://kumparan.com/farsyaasfarina/bandwagon-effect-fenomena-mengikuti-tren-dari-sudut-pandang-psikologi-1x7qUQxxsPL

[3] https://telkomuniversity.ac.id/17-teori-komunikasi-massa-menurut-para-ahli-mahasiswa-ilmu-komunikasi-wajib-tahu/

 

Gusti Rian Saputra

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie