HARIAN NEGERI, Kairo - Dilansir dari Reuters, Israel dan Hamas akan memulai negosiasi tidak langsung mengenai tahap kedua kesepakatan gencatan senjata di Gaza, menurut pejabat yang diwawancarai pada Selasa (13/2/2025). Hamas menyatakan akan menyerahkan lebih banyak sandera, termasuk jenazah dua anak, minggu ini.
Khalil al-Hayya, pemimpin Hamas di Gaza, mengatakan jenazah empat sandera, termasuk anggota keluarga Bibas, akan dikembalikan pada Kamis (15/2/2025). Enam sandera yang masih hidup akan menyusul pada Sabtu (17/2/2025). Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi bahwa kesepakatan telah dicapai di Kairo untuk membebaskan enam sandera hidup pada Sabtu, empat jenazah sandera pada Kamis, dan empat lainnya minggu depan. Namun, Netanyahu tidak menyebutkan nama-nama sandera tersebut.
Seorang pejabat Israel menyatakan bahwa jenazah sandera akan melalui proses identifikasi di Israel sebelum diumumkan.
Negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan seharusnya dimulai pada 4 Februari, tetapi Qatar, yang bersama Mesir dan Amerika Serikat menjadi mediator, mengatakan pembicaraan belum resmi dimulai.
Israel memberikan sinyal beragam dalam beberapa pekan terakhir mengenai keterlibatannya dalam pembicaraan tentang tahap berikutnya dari gencatan senjata tiga fase, yang mulai berlaku pada 19 Januari dengan tujuan mengakhiri perang Gaza secara permanen.
Keluarga Bibas, termasuk Kfir Bibas yang berusia kurang dari satu tahun saat diculik, dan saudaranya Ariel yang berusia 4 tahun, menjadi sorotan utama di antara sandera Israel yang diambil dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Ayah mereka, Yarden Bibas, dibebaskan bulan ini, tetapi ibu mereka, Shiri, tidak. Hamas menyatakan pada akhir 2023 bahwa Shiri dan anak-anaknya tewas akibat serangan Israel. Israel belum mengonfirmasi kematian mereka dan hanya menyatakan keprihatinan serius atas keselamatan mereka.
Fase awal kesepakatan gencatan senjata, yang mencakup gencatan 42 hari dan pengembalian 33 sandera Israel sebagai imbalan ratusan tahanan Palestina, tetap berjalan meski ada serangkaian hambatan dan tuduhan pelanggaran yang sempat mengancam kesepakatan.
Namun, negosiasi untuk tahap kedua, yang bertujuan membebaskan 64 sandera yang tersisa, diprediksi akan sulit karena melibatkan isu-isu seperti administrasi pascaperang di Gaza, di mana terdapat perbedaan besar antara kedua belah pihak.
Sejauh ini, 19 sandera Israel telah dikembalikan sebagai imbalan pembebasan ratusan tahanan Palestina. Jika enam sandera hidup dan empat jenazah dikembalikan minggu ini, empat sandera lainnya masih tersisa. Berdasarkan informasi dari Hamas, keempatnya diduga telah meninggal.
Sahara diambil dalam serangan lintas batas yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel selatan, menurut catatan Israel. Serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan Palestina, menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, dan mengakibatkan ratusan ribu orang mengungsi.
Seorang pejabat Israel mengatakan Israel juga akan mulai mengizinkan masuknya rumah mobil untuk warga Gaza yang terpaksa berlindung dari cuaca musim dingin di antara reruntuhan akibat 15 bulan pemboman Israel. Hamas menuduh Israel menunda pengiriman dan mengancam menunda pembebasan sandera sampai masalah ini diselesaikan.
Kesepakatan gencatan senjata yang rapuh ini juga terancam oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyerukan pemindahan warga Palestina dan pengambilalihan Gaza sebagai proyek pengembangan tepi pantai di bawah kendali AS. Rencana ini ditolak oleh kelompok Palestina, negara-negara Arab, dan sekutu Barat Washington, yang menyebutnya sebagai pembersihan etnis. Pemimpin Israel berargumen bahwa warga Gaza yang ingin meninggalkan wilayah tersebut harus diizinkan melakukannya.
Menteri Pertahanan Israel Israel Katz mengatakan pada Senin (12/2/2025) bahwa ia akan membentuk unit baru di kementeriannya yang bertugas memfasilitasi keluarnya warga Gaza yang ingin pindah ke negara ketiga, setelah meninjau rencana awal untuk itu.
Tinggalkan komentar
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *
Top Story
Ikuti kami